BZWI8C3qMxmdvudEkXnedhGzdjepF89oa9U6FDLb

Artikel Pilihan

Membaca Surat Kepala Sekolah Kepada Wali Murid Menjelang Ujian Kenaikan Kelas, Menyadarkan Kita Bahwa Pendidikan Bukan Tentang Nilai Rapor Saja

Membaca Surat Kepala Sekolah Kepada Wali Murid Menjelang Ujian Kenaikan Kelas, Menyadarkan Kita Bahwa Pendidikan Bukan Tentang Nilai Rapor Saja
Martin Ruma (Batik Merah) Bersama orang Tua Wali
Surat kepala sekolah kepada wali murid pernah ramai di sosial media, terutama whatsapp. Isinya sesuai dengan dunia pendidikan saat ini, terutama dengan diterapkan kurikulum nasional yang cukup memberatkan siswa dan orang tua.

Ilustrasi sederhananya sebagai berikut:

Ada sebagian hewan pandai memanjat, sedangkan hewan yang lainnya tidak pernah memanjat pohon. 

Berbagai hewan diberikan keahlian masing - masing dengan bakat yang dimiliki, sehingga ada hewan yang bisa berenang seperti ikan, tetapi sebagian hewan lainnya hanya bisa hidup di darat dan tidak mampu berenang.

Dunia pendidikan seharusnya mampu membuat siswa betah belajar di sekolah, tetapi kenyataannya banyak siswa yang jenuh berlama-lama di sekolah.

Sekolah bagaikan siksaan untuk sebagian murid. Mungkin ini opini saya secara pribadi. Namun sebagai orang yang berkecimpung secara langsung dengan siswa sebagai wali kelas. Itulah keluhan siswa;

“Pak banyak tugas”,

“Pak saya pusing mau kerja yang mana duluan” dan lain sebagainya.

Pertanyaan refleksi buat kita, apakah ada yang salah dengan dunia pendidikan saat ini?.

Surat yang ditulis oleh seorang pendidik (kepala sekolah) kepada orang tua murid beberapa bulan sebelum ujian akhir; semoga bisa membuka “mata hati” dunia pendidikan di Indonesia saat ini.

Begini isi suratnya:

Yth orang tua murid, 
Ujian sekolah akan dimulai segera. 
Saya mengerti bahwa bapak atau ibu sangat berharap anaknya berhasil dalam ujian ini. Tetapi, ingatlah diantara para siswa yang akan ikut ujian, ada yang akan menjadi artis, yang tidak perlu menjadi pintar dalam matematika. 
Ada wiraswasta, yang tidak perlu tahu Sejarah atau Literatur bahasa Inggris. Ada musisi, yang nilai Kimia tidak penting buat dia. Ada olahragawan, yang kekuatan fisiknya lebih penting daripada Fisika. 
Jika anak bapak atau ibu mendapatkan nilai terbaik itu bagus sekali. Tetapi, jika tidak tolong jangan renggut atau ambil kepercayaan diri mereka. 
Katakan pada mereka bahwa hal itu tidak menjadi masalah, itu hanya sebuah ujian. Mereka akan melalukan sesuatu yang jauh lebih besar dalam hidup mereka. 
Katakan pada mereka, berapapun nilai mereka, Anda MENCINTAI mereka dan anda tidak akan menghakimi atau menilai mereka. 
Silakan lakukan ini dan jika anda melakukan ini, perhatikan bagaimana anak anda menaklukkan dunia. 
Satu ujian seharusnya tidak merenggut atau menghilangkan mimpi dan bakat mereka. 
Tolong jangan berpikir bahwa hanya dokter dan insinyur saja orang-orang yang berbahagia di dunia. 
Ada banyak di dunia ini yang bisa mendatangkan kebahagiaan. 
Salam Hangat,
Kepala Sekolah.

Sebuah surat yang mencoba memberikan pencerahan akan masa depan anak soal nilai akademik.

Jika nilai akademik rendah maka kita sebagai orang tua dan guru, bertindak seolah-olah paling benar. Kemudian memfonis anak.

“Kamu bodoh !”.

“Gimana si, gini aja ga bisa !”,

“Kenapa ga belajar ?”,

“Kamu si ga dengarin mama”, dan berbagai celotehan yang lain.

Nilai akademik bukannya tidak penting, namun itu bukan segalanya.


Rekan guru dan orang tua, meminjam istilah Bunga Citra Lestari; "kita pun pernah muda" dan tentunya pernah menjadi siswa.

Apakah yang kita lakukan saat menjadi pelajar beberapa tahun yang lalu?.

Apakah kita menjadi penurut atau sebaliknya?.

Kita rajin belajar atau pemalas?.

Lantas adilkah jika saat ini kita memvonis siswa dan anak-anak kita?.

Semoga bisa menjadi refleksi kita bersama dalam menghadapi anak zaman dengan beragam karakter. Jangan lupa baca juga 3 Cara yang Wajib Dijalankan oleh Orang Tua dan Guru dalam 'Menghadapi' Kidz Zaman Now.
Baca Juga
Martin Ruma
Montir di Bengkel Kata. Pernah menjadi guru dan blogger. Ini 'Rumah Online' saya, Tempat saya mendokumentasikan catatan Perjalanan, Pemikiran & Refleksi pribadi. Usaha sederhana untuk melawan lupa karena faktor usia.

Artikel Terkait

Posting Komentar