Artikel Pilihan
Catatan Perjumpaan dengan Pedagang Gorengan di Glodok Jakarta Barat yang Sangat Berkesan
Ilustasi By Canva |
“Hey bung apa kabar”; jika bertemu dengan perantau seberang macam saya. “Dari Ambon kah?” tanyanya lebih lanjut untuk memastikan kebenaran instingnya. Selanjutnya percakapan dengan sendirinya akan ‘mengalir’.
Mengenal beliau sekitar 2017 lalu, ada banyak kisah dari pengalaman perjumpaan dengan mas item. Pengalamannya saat menyaksikan peristiwa pembantaian 1984 di Jakarta. Cerita humanis tentang digusur satpol PP; Sampai dengan suka dan dukanya menjadi perantau, dibagikan pada siapun yang ‘merapat’ di tempatnya berjualan gorengan.
“Memang orang berjualan harus seperti itu mas Martin, kalau tidak ramah mana ada yang mau beli?”
Anggap saja itu respon dari pembaca.
Saya mengamininya, itu benar. Namun hal istimewa dari mas item adalah kerelaannya membagikan ilmu berdagang kepada siapapun yang datang.
Hidup di Jakarta yang serba uang, apa yang dilakukan mas item adalah inspirsi dan pembeda (menurut saya ya). Apa yang berbeda?
Baca lebih lanjut ulasan berikut ini.
Dagang bukan hanya soal untung - rugi, tetapi ketekunan
Mas Martin mungkin melihat gorengan ini laris, enak dan bebagai keistimewaan yang lain, tetapi untuk mencapai taraf ini saya membutuhkan waktu sekitar 20 tahun, untuk belajar mengenal apa yang dijual. “Itu sebuah proses yang sangat panjang mas Martin” katanya, Rabu, 26 September 2020, di Glodok Jakarta Barat.
“20 tahun yang lalu kondisinya tidak seperti ini, malah tekor iya mas”,
“Kita sudah lakukan yang terbaik pembelinya tidak mau, akhirnya dagangan tidak ada yang laku” jelasnya lebih lanjut.
Sempat berpikir, “ah berhenti dha, tidak ada hasilnya sama sekali”. Namun niat itu saya urungkan karena dukungan dari istri dan keluarga besar yang lain.
Terus berproses dan jangan menyerah
Menikmati proses dengan ketekunan sebagai dasarnya, hasilnya mas Martin bisa lihat, ujarnya sambil menunjukan gorengan yang dibuatnya.
Salah ulangi lagi, jatuh bangun lagi maka percaya usaha tidak akan pernah menghianati hasil.
Salah ulangi lagi (bukan ulangi kesalahan yang sama).
Jatuh bangun lagi, tujuan akhir hanyalah target tetapi esensi dari hidup letaknya pada proses untuk meraihnya.@ Baca juga Menjadi Ketua Lingkungan Itu Membahagiakan, Apabila Mampu Memikul Salibnya
Artikel Terkait
Posting Komentar
Tentang Saya
Artikel Terbaru
Label
Arsip
- Maret 2024 (5)
- November 2023 (8)
- Oktober 2023 (29)
- September 2023 (22)
- Agustus 2023 (13)
- Februari 2023 (2)
- Januari 2023 (33)
- Desember 2022 (2)
- September 2022 (2)
- Februari 2021 (1)
Popular
-
Martin Ruma bersama siswi Sekolah Kanaan Jakarta Tulisan ini tidak bermaksud menggurui para guru. M…
-
Don’t judge a book by its cover, because you will never get the chance to find out what lies? with…
-
Martin Ruma bersama siswa - siswi Sekolah Kanaan Jakarta Biang kerok di sekolah adalah julukan bagi…